Bahwa alam semesta diciptakan, dimusnahkan, dan diciptakan lagi menurut siklus yang berputar abadi. Siklus ini dinamakan Kalpa (seribu yuga). Satu kalpa sama dengan 4.320.000.000 tahun manusia, atau sama dengan satu hari bagi Brahma. Kosmologi Hindu, mengatakan alam semesta berlangsung satu kalpa, setelah itu dihancurkan oleh unsur api atau air. Lalu Brahma beristirahat semalam. Proses itu disebut Mâha Prâlaya (katalismik) dan berulang-ulang selama seratus tahun bagi Brahma (311 Triliun tahun bagi manusia).
Alam semesta ini sedang berada di tahun ke-51 Brahma atau 155 triliun tahun setelah Brahma lahir. Setelah Brahma melewati usia ke-100, siklus baru dimulai lagi, segala ciptaan yang sudah dimusnahkan diciptakan kembali, begitu seterusnya. Tiap satu siklus Brahma disebut Mahayuga. Yuga terdiri dari empat bagian, tiap bagian memiliki karakter berbeda-beda. Mahayuga memiliki 71 siklus, tiap siklus terdiri dari 14 Manwantara (1000) tahun.
Mahayuga diawali zaman keemasan disebut Satyayuga, diakhiri zaman kegelapan disebut Kaliyuga. Ketika kaliyuga berakhir, zaman baru akan muncul, dimana manusia-manusia jahat sudah dibinasakan sebelumnya untuk memulai kehidupan baru yang lebih damai. Itulah siklus Satyayuga menuju Kaliyuga, dan Kaliyuga kembali ke Satyayuga. Seperti musim panas ke musim dingin dan sebaliknya, terus-menerus. Setelah 14 Manwantara berlangsung, disebut suatu periode Kalpa. Saat periode ini, alam semesta lebur disebut Mâha Prâlaya.
Prâlaya adalah sinonim Samhara, satu dari 5 fungsi Siwa yang berarti ‘berakhir’, menyerap kembali alam di akhir jaman. Menurut Wisnu Purana dan Agni Purana, ada 4 jenis prâlaya:
Prâkritika Prâlaya, yaitu prâlaya secara total setelah manwantara ke-14. Alam semesta dan isinya, kembali pada Brahman dalam waktu satu malam Brahman. Selanjutnya akan terjadi penciptaan lagi dengan manwantara pertama. Prâkritika Prâlaya inilah yang mungkin identik dengan konsep kiamat menurut kepercayaan lainnya.
- Naimittika Prâlaya, yaitu prâlaya yang terjadi dalam satu periode manu. Yaitu prâlaya terbatas dalam setiap akhir manwantara. Ini artinya akan terjadi 14 kali Naimittika Prâlaya atau kiamat terbatas atau kehancuran alam semesta terbatas.
- Atyantika Prâlaya, yaitu prâlaya yang disebabkan oleh kemampuan spiritualnya melalui suatu pemberdayaannya jnyana yang amat kuat sehingga seluruh dirinya masuk secara utuh lahir batin kepada Brahman.
- Nitya Prâlaya, yaitu proses kematian setiap saat semua makhluk hidup. Bahkan dalam diri kitapun tiap detik ada sel tubuh pralaya dan diganti dengan sel baru. Sel tubuh manusia mengalami peristiwa utpati (penciptaan), sthiti (pemeliharaan), dan pralina (peleburan) setiap saat.
Di luar itu, ada Yuga Prâlaya, di akhir Maha Yuga, pada saat itu terjadi banyak kematian misalnya akibat perang ataupun bencana alam.
Prâlaya dalam Filsafat Samkya berarti ‘kosong, tiada apapun, keadaan yang dicapai ketiga triguna (satwam, rajas, tamas) berada pada kondisi seimbang. Mâha Prâlaya adalah suatu proses alamiah yang dikehendaki Brahman, digambarkan sebagai Maha Kriya sekaligus Maha Kuasa.
Sebelum Mâha Prâlaya terjadi, bila awidya (kegelapan) mengakibatkan manusia mengalami kesengsaraan, maka Brahman sendiri muncul berwujud awatara sebagai penyelamat (Bhagawadgita II.7) dikenal ada 10 (sepuluh) Awatara yaitu:
- Matsya (ikan)
- Kurma (Kura-Kura)
- Waraha (Babi hutan)
- Narasinga (Manusia berkepala singa)
- Wamana (Brahmana kerdil)
- Parasurama (Brahmana bersenjata kapak)
- Rama (Raja Ayodha)
- Kresna (Penggembala)
- Buddha dan atau Baladewa (Siddartha Gautama)
- Kalki (Sang Penghacur).