Awal proses penciptaan, terbentuklah Brahmanda (telur Tuhan). Pada saat yang sama juga terbentuk purusa (kekuatan kejiwaan) dan pradhana (kekuatan kebendaan). Pertemuan dua kekuatan ini mengakibatkan terciptanya alam semesta secara berangsur-angsur.
Mula-mula muncul citta (alam pikiran) yang mulai dipengaruhi sattwam, rajas dan tamas. Tahap selanjutnya terbentuknya triantahkarana, yang terdiri dari Buddhi (naluri-pengenal); Manah (akal pikiran dan perasaan); Ahamkara (rasa keakuan). Selanjutnya, muncullah Panca Buddhindria dan Panca Karmendria, yang disebut pula DASENDRIA (sepuluh indria):
- Srotendria (rangsang pendengar: indria telinga)
- Twakindria (rangsang perasa: indria kulit)
- Caksuindria (rangsang penglihatan: indria mata)
- Ghranendria (rangsang pencium: indria hidung)
- Jihwendria (rangsang pencecap: indria lidah)
- Garbendria (penggerak perut: indria perut)
- Panindria (penggerak tangan: indria tangan)
- Padendria (penggerak kaki: indria kaki)
- Payuindria (penggerak indria pelepasan)
- Upasthendria (penggerak indria kelamin)
Dasendria berevolusi menjadi Panca Tanmatra yaitu 5 benih unsur alam yang sangat halus, tidak berukuran, terdiri dari:
- Sabdama Tanmatra (benih suara)
- Rupa Tanmatra (benih penglihatan)
- Rasa Tanmatra (benih perasa)
- Gandha Tanmatra (benih penciuman)
- Spasa Tanmatra (benih peraba)
Benih zat itulah kemudian berevolusi menjadi benda yang nyata yang disebut pancamahabhuta berbentuk paramânu (lebih halus dari atom) sehingga terjadilah alam semesta yang terdiri dari matahari, bulan, bintang, bumi, dan planet lainnya.
Semuanya tersublimasi dalam tujuh lapisan dunia, yaitu:
- Bhurloka: Jagra Pada = Atman
- Bhuwahloka: Swapana Pada = Antara Atman
- Swahloka atau Swargaloka: Supta Pada = Parama Atman.
- Mahaloka: Kwalya Pada = Niskalatma
- Janaloka: Turyanta Pada = Adyatma
- Tapaloka: Turya Pada = Niratma
- Satyaloka atau Brahmaloka: Parama Kewalya Pada = Sunyatma.
Bhurloka atau Manusaloka, alam manusia. Buwahloka atau Pitraloka, tempat para roh. Swahloka atau Swargaloka tempat para dewa – Ketiganya disebut Triloka dalam Gayatri Mantram. Mahaloka adalah kediaman Resi Bhrigu, Janaloka kediaman para putera Brahma. Tapaloka kediaman ras makhluk yang disebut Weragi, dan Satyaloka atau Brahmaloka merupakan kediaman Brahma.
Bila Panca Maha Bhuta membentuk macrocosmos terdiri dari Saptaloka, maka microcosmos membentuk trisarira yang terdiri dari stulasarira (badan kasar), suksmasarira (badan halus), dan karanasarira (badan penyebab). Macrocosmos atau bhuwana agung dan microcosmos atau bhuwana alit, sejak penciptaan (srsti) memiliki kesamaan unsur: perthiwi (zat padat); apah (zat cair); teja (cahaya); bayu (gas); akasa (ether).
“Dunia” yang tercipta saat penciptaan (srsti) bersifat kekal abadi karena diciptakan dariNya sendiri seperti dinyatakan kitab upanisad: “purnamadah purnamidam, purnât purnam udayate, purnasya purnamadaya, purnam eva awaçisyate” (“Tuhan itu Maha Sempurna, alam semesta inipun sempurna, dari yang sempurna lahirlah yang sempurna, walaupun dari yang sempurna (Tuhan) diambil oleh yang sempurna (alam semesta) tetapi sisanya (Tuhan) tetap sempurna adanya”)
Sloka ini menunjukkan bahwa alam diciptakan dan akan kembali kepadaNya. Saat itulah terjadi mâha prâlaya (kiamat). Ibarat laba-laba membentuk jaring dari badannya dan saat mâha prâlaya (urna nubawat) benang akan ditarik lagi ke dalam dirinya. Jadi mâha prâlaya akan terjadi dalam suatu siklus yang sangat panjang dan rumit. Karena Mâha prâlaya berhubungan dengan siklus waktu yang disebut yuga, kalpa, manwantara.